|
|
|
|
|
Saya mendapat tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen.
Saya ingin share tugas yang telah saya buat. Mengaitkan salah satu budaya dari kampung
asal saya dengan perspektif iman Kristen. Apakah budaya tersebut cocok ataukah
malah sebaliknya?
Cekidoott ~
TARI
MAKU-MAKU DI NEGERI
SOAHUKU
(LILIPORY KALAPESSY)
Makalah Pendidikan Agama Kristen
Theresa Welma Kakiay
201336073
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS
PATTIMURA
KOTA
AMBON
2014
*********************************************************************
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia kaya akan
berbagai macam kebudayaan, masing-masing provinsi, pulau serta suku terdapat di
Indonesia. Dan setiap suku tentu berbeda budayanya. Indonesia di bagian timur
terlebih khusus di Provinsi Maluku, terkenal sebagai provinsi dengan seribu
Pulau. Berbicara soal budaya, apa itu budaya? dalam bahasa
sansekerta: buddhaya: budi) adalah
sesuatu yang berpangkal pada manusia, sebagai wujud ekspresif insani
kemanusiaannya. Banyak
kebudayaan yang diturunkan oleh para leluhur di Maluku. Pada kesempatan kali
ini penulis lebih menitikberatkan pada Maluku Tengah yaitu di Pulau Seram
tepatnya di desa atau negeri Soahuku (Lilipory Kalapessy) mengenai kebudayaan
di dalamnya. Seperti desa-desa yang lain, di negeri Soahuku (Lilipory
Kalapessy) memiliki kebudayaan yang diturunkan oleh para leluhur juga, seni
budaya yang paling khas dan terkenal dari Maluku Tengah, terlebih khusus di
negeri Soahuku adalah seni tari, yang dikenal dengan tari Maku-Maku atau tari
Maru-Maru. Makna daripada setiap gerakan di tarian ini dianut oleh seluruh
masyarakat di negeri Lilipory Kalapessy tanpa terkecuali.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu Tari
Maku-Maku?
2.
Apa makna
secara cultural mengenai tari Maku-Maku?
3.
Bagaimana
tinjauan teologis terhadap makna Tari Maku-Maku?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Tari Maku-Maku
Tari Maku-Maku adalah tari rakyat (folk dance). Tari Maku-Maku
atau Tari Maru-Maru dalam bahasa tanah (bahasa daerah) di Pulau Seram artinya
“berjalan pelan-pelan”. Biasanya tari ini dilakukan oleh seluruh masyarakat
terutama orang dewasa baik perempuan maupun laki-laki, termasuk pemuda dan
remaja. Anak-anak juga dapat mengikuti tari ini, namun jika tari ini dilakukan
oleh anak-anak, maka keseluruhan penari haruslah anak-anak. Sebab jika digabung
dengan orang dewasa maka tidak akan ada keseimbangan, karena tari ini dilakukan
dengan cara seluruh penari bergandengan tangan (baku kele) satu dengan yang
lain membentuk sebuah lingkaran dan menari berlawanan arah jarum jam dengan
gerak langkah kaki yang sama maju dan mundur . Tari ini diiringi dengan alat
musik tifa oleh beberapa orang dan lagu-lagu tradisional yang disebut Kapata. Secara
adat, di negeri Soahuku dan beberapa negeri lainnya (Amahai, Haruru,
Makariki,dsb) di Pulau Seram-Maluku Tengah, tari ini dilakukan dalam upacara atau
acara-acara adat misalnya pengangkatan Raja (Upu Latu atau Ina Latu),
mengadakan panas pela, maupun pesta-pesta tertentu yang dirayakan oleh
negeri.
2.2
Makna Tari Maku-Maku secara cultural
Secara adat, makna dari tari ini adalah mewujudkan rasa
kebersamaan dan persekutuan hidup antar anggota masyarakat di negeri. Tanda
persekutuan itu diwujudkan dalam bentuk tari yang berbentuk lingkaran dan arah
tari tersebut berlawanan dengan arah jarum jam, yang artinya berjalan mundur
untuk maju kedepan secara bersama-sama dalam menghadapi segala bentuk
tantangan. Biasanya tari ini dilakukan pada waktu malam. Ekspresi daripada tari
ini adalah bersifat rasa gembira dan sukacita. Secara adat, di negeri Soahuku
dan beberapa negeri lainnya (Amahai, Haruru, Makariki,dsb) di Pulau
Seram-Maluku Tengah, tari ini dilakukan dalam upacara atau acara-acara adat
misalnya pengangkatan Raja, mengadakan panas pela, maupun pesta-pesta tertentu
yang dirayakan oleh negeri.
2.2
Tinjauan
teologis dari tari Maku-Maku
Sesuai dengan makna melalui latar belakang cultural
atau budaya dari tari Maku-Maku, maka bila ditinjau dari segi teologis atau
ditinjau dari perspektif iman kristen maka kita bisa mendapat beberapa aspek
positif dari makna tari ini, antara lain :
Ø Nilai persekutuan hidup
Sesuai
dengan tari Maku-Maku yang mempunyai aspek persekutuan yang dilambangkan dengan
cara menari saling bergandengan tangan oleh para penari dalam satu lingkaran
tari tersebut, maka makna teologi yang dapat diambil dari tari ini adalah makna
Koinonia. Itu berarti tari ini melambangkan hubungan persaudaraan antar umat
atau anggota jemaat yang kuat di dalam Tuhan. Hal ini dilandaskan berdasarkan
Mazmur 133, yang mana selaku umat kristiani kita bersatu dan hidup dengan rukun
dengan sesama kita dalam suatu persekutuan.
Ø Bersama-sama dalam suatu persekutuan
menghadap tantangan di masa depan berdasarkan iman Kristen.
Makna menghadapi tantangan disini, sesuai
dengan nilai budaya yang terdapat dalam tari Maku-Maku, dimana arah gerak tari
berputar mundur melawan arah jarum jam untuk balik ke depan, ditafsirkan kita
mundur untuk maju menghadapi tantangan di depan secara bersama-sama. Dengan
demikian secara teologi, nilai rohani kristiani yang dapat diungkapkan dari
tari ini bahwa umat kristiani harus kuat di dalam Tuhan walaupun menghadapi
tantangan, sekalipun ada saja tantangan yang membuat kita ingin mundur, namun
bersama Tuhan kita pasti dapat maju. Kadangkala ada saja tantangan yang membuat
kita mundur, dan orang lain selangkah lebih maju, namun jika kita teguh dalam
iman, melalui kemunduran yang dialami dan dari posisi tersebut kita dapat
melakukan sebuah loncatan yang jauh, bukan hanya selangkah saja. Dan juga tari
ini dapat memberikan kekuatan spiritual (iman) kepada umat kristiani untuk
hidup dalam Kristus, sehingga bisa berjuang menentang cara hidup lama yang
penuh kesalahan dan dosa dan berjuang bangkit kembali untuk menjadi manusia
yang hidup baru (Kolose 3:5-17). Dilandasi firman “Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang
baru sudah datang.”(2 Korintus 5:17)
Ø Hidup memperhatikan satu dengan yang
lain
Dalam
gerak tari ada gerakan langkah yang sama, dorongan, dengan bergandengan tangan.
Dapat mengambil makna bahwa kita selaku umat Kristen harus hidup saling memnbantu
dengan sukacita tanpa harap imbalan antara satu dengan yang lain. Setiap orang
jangan hanya memperhatikan dirinya sendiri, jangan menganggap dirinya lebih
utama daripada yang lain (Filipi 2: 2-4). Makna dari aspek ini dilandasi dengan
firman Tuhan dari (Galatia 6:1-10) “Saling membantulah kamu”.
BAB
III
PENUTUP
3,1 Kesimpulan
Seni budaya kita di daerah julukan seribu pulau tentu
mendapat perhatian dari banyak pihak, sebab seni asli daerah tentu memiliki
keunikan dan kekhasan tersendiri serta memiliki nilai-nilai positif yang telah
dipaparkan melalui pembahasan sebelumnya, hal ini sangat penting agar kita
dapat mengambil makna positif dari sebuah budaya atau seni tari untuk di implementasikan
dalam kehidupan sehari-hari selaku orang beriman. Dengan demikian tari Maku-Maku
dari negeri Soahuku yang diwariskan oleh para luluhur ini, secara budaya lokal
sangat penting untuk dipelihara, dihidupkan, dikembangkan dan dilestarikan
sebagai identitas seni budaya daerah Maluku sehingga dapat membawa pengaruh
positif bagi kita selaku umat kristiani.
Source: Pdt. Chris Tamaela
It's really usefull for my home work thank's a lot!
BalasHapusgod grace be with u! :)
I'm glad to hear that.
BalasHapusYou're welcome ^^
God bless u abundantly