WELCOME TO MY BLOG :)

Pribadi, Berita Unik, Cerita, Cinta, Inspiration

ENJOY at this blog !


Sabtu, 18 Januari 2014

THE LAST LETTER SHORT STORY



Siapa yah dia? Cowok yang berdansa denganku di malam pesta bertopeng yang diadakan oleh kampus kami malam itu. Aku merasa dia begitu menarik perhatianku, mata itu, mata yang memancarkan kenyamanan bagi siapapun yang melihatnya, entahlah apakah pancaran itu hanya aku yang dapat rasakan, mata itu juga tak begitu asing bagi diriku. Kenapa mata itu selalu membayang-bayangiku, hingga terbawa dalam mimpiku, semenjak dua minggu yang lalu cowok yang mengajakku berdansa itu selalu saja tak bisa lepas dari pikiranku.
“Heyy Krista.” Kata Frisia mengagetkanku.
“Apa-apaan sih kamu fris, buat aku kaget saja!” timpalku
“Kamu sih, daritadi melamun saja, aku sudah memanggilmu beberapa kali tapi kamu tidak mendengarnya, pikir apa sih kamu?” tanya Frisia.
“Bukan urusan kamu” jawabku singkat
“Ohh gitu yah, sekarang kamu rahasia-rahasiaan sama aku”
“Kita pergi dari sini yuk, aku pengen hunting foto di danau belakang kampus, mau ikut tidak?
“Tidak terimakasih, aku harus mengumpulkan artikel yang akan dimuat di mading kita untuk minggu depan. Aku harus ke ruang Jurnalis. Aku duluan yah Krista.”
“Iya Fris sampai jumpa.”


Aku memulai mengeluarkan kameraku dan mulai mengarahkan kameraku kepada objek-objek yang ingin ku foto, aku suka sekali dengan fotografi semenjak SMA. Sebenarnya aku mulai tergila-gilla dengan fotografi karena seseorang, seseorang dimasa laluku. Dia yang selalu disisiku namun sekarang sudah berada disisi Tuhan. Kini satu-satunya sahabatku adalah Frisia, ketika peristiwa itu terjadi.
“Felix, hari ini kita ke gallery kakak sepupunya teman lama aku yuk! Hari ini event launchingnya loh..” kataku diseberang telepon
“Tapi kris, dirumah tidak ada mobil nih. Mobil aku ingin dipinjam sepupu aku Kevin karena mobilnya masih di bengkel.”kata Felix dengan nada tidak bersemangat
“Pake motor aja fel, gimana?” kataku mendesak
“Tapi malam ini diluar sangat dingin loh kris, nanti kamu kedinginan.” Kata Felix perhatian
“Ayolah Felix, aku sangat ingin pergi.”
“Anything for you lahh, sebenarnya aku juga sangat tertarik ingin pergi.”
“Horreeeeeee.” Aku berteriak di telepon
“Duh girangnya, jam 8 aku sudah dirumah kamu.” Kata Felix mengakhiri telepon kami
Felix memang sahabat yang sangat memahami hati sahabatnya. Padahal esok hari kami akan menemui ujian try out, tapi aku dan Felix malah pergi ke acara bukannya mempersiapkan diri untuk ujian. Tapi aku tidak sia-sia datang ke event itu, mata aku sampai-sampai tidak berkedip, pajangan-pajangan foto di gallery itu membuat mataku tidak berkedip. Semua foto itu memiliki makna yang sangat mendalam. Luar biasa hasil-hasil jepretan karya kak Arya. Sebenarnya masih ingin berlama-lama, tapi Felix mengingatkan bahwa besok kami akan menemui ujian try out, oleh sebab itu kami juga harus mempersiapkan diri. Kamipun pamit dari Kak Arya dan motor berlaju meninggalkan gallery kak Arya.
“Selamat malam Krista, mimpi indah.”
“Terimakasih Felix sudah mau menemaniku, hati-hati di jalan yah.”
“Bye. Jaga diri kamu baik-baik yah saat aku tidak ada disamping kamu” Felix kemudian berlalu dengan motornya.
Bregghhhh.. Aku menghempaskan diri di ranjangku.
“Lelah sekali.” Gumamku
Akupun terlelap dalam buaian mimpi. Tidak mempersiapkan diri lagi untuk ujian try out besok.
“57 Missed Call”
“20 New Messages”
Ku tatap layar handphoneku yang begitu banyak dengan panggilan tidak terjawab dan sms.
“Ebusseettt, panggilan tak terjawab dari Maminya Felix dan Frisia.”
Aku kemudian membuka smsnya satu per satu.
“Ta, kamu sudah tidur?”
“Ta Felix ta.”
“Kristaaaaaaaaaaaaa”
“Felix kecelakaan Krista.”
Deggg, jantung aku hampir copot dari tempatnya membaca sms Frisia. Cepat-cepat aku menelepon Frisia. Jam menunjukkan pukul 05.00 pagi.
“Frisia angkat dong telponnya, plis jawab dong!!” aku gemetaran dan sungguh panik.
“Haloo, kristaaaaaaa akhirnya kamu telpon aku juga, kamu ke rumah sakit Silas Papare sekarang!” Felix koma ta, dia kritis.” Klik. Frisia menutup telpon.
Aku tambah gemetar dan tak sadar air mataku sudah membasahi pipiku.
“Felix hiksss…” gumamku dengan terisak.
Buru-buru aku bersiap menuju Rumah Sakit tempat Felix dirawat.


“ Saudara Felix Julian, Kamar VIP di kamar no. 2 mba.”
“Trimakasih.”
Setelah menanyakan dimana kamar Felix, aku langsung bergegas menuju kamar Felix. Aku ingin segera melihatnya dan mengetahui apa sebabnya dia kecelakaan.
“Frisiaaa..”aku memeluk frisia.
“Krista, kamu susah sekali dihubungi.” Kata Frisia
“Iya maaf, bagaimana keadaan felix?”
“Semakin memburuk, Krista. Kata dokter sangat kecil kemungkinan Felix segera membaik, dan kalaupun Felix sembuh dia harus menjalani berbagai terapi.” Kata Frisia tertunduk lesu
“Apa dia mengalami kecelakaan tadi malam? Kenapa bisa? Ceritakan kronologisnya. Ya Tuhan, Felix.”
“Dia kecelakaan setelah dia mengantar kamu pulang, ketika dia pulang, dia mengalami kecelakaan beruntun di tol calixton. Dan kecelakaan itu menyebabkan  dia seperti sekarang ini.” 
Ketika mendengar kata-kata Frisia aku mulai merasa lemas tak berdaya, aku tejatuh dan akhirnya gelap.. Sebelum aku benar-benar tidak sadarkan diri, aku mendengar Frisia meneriakkan namaku.
Aku benar-benar masih mengingat jelas peristiwa itu, Felix tidak mampu bertahan, dia pergi meninggalkan kami lebih dulu, besok genap dua tahun sudah Felix pergi. Aku ingin pergi menengok kuburannya, sudah lama aku tidak pergi menengok kuburannya karena kesibukanku.
Hari sudah mulai gelap, aku memutuskan untuk segera pulang. Aku tidak dapat memfokuskan diriku pada objek-objek fotoku. Berlama-lama di Danau hanya membuatku terus mengingat Felix dengan rasa bersalahku, akulah penyebab kematiannya.

Aku menyusuri koridor di kampus, aku ingin pergi ke ruangan Jurnalis, menemui Frisia agar kami pulang bersama-sama. Saat aku berjalan, aku merasa ada seseorang yang mengikutiku, aku merasakan sejak di Danau pun, ada seseorang yang memperhatikanku, tapi aku mencoba menepis perasaan tersebut.
Aku sampai di depan ruangan Jurnalis, namun ruangan tersebut sudah kosong.
“Pasti semuanya sudah pulang” batinku
Aku mengambil handphoneku yang berada dalam tasku. Berniat untuk menelepon Frisia, karena Frisia pulang meinggalkanku sendiri. Tapi sial handphoneku mati, mungkin karena itu pula, Frisia tidak dapat menghubungiku.
Apa boleh buat, aku terpaksa harus naik bus untuk pulang ke rumah. Aku ingin segera sampai, dan segera berlayar di alam mimpi. Sesampaiku di rumah, rumah sepi, seperti biasa aku sendirian, orang tuaku sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing, akupun masuk ke kamar dan bergegas tidur tanpa mandi lagi, karena aku sudah merasa sangat lelah.

               
Cahaya matahari mulai menyelipkan dirinya di celah-celah gorden kamarku, aku segera bangun dari tidur lelapku, mimpiku masih sama, masih bermimpi cowok bertopeng di pesta topeng itu. Aku membuka jendela kamar, menghirup dalam-dalam udara segar pagi hari, lalu bersiap-siap pergi ke kampus.
Hari ini tanggal 11 November, aku tidak langsung pergi ke kampus, aku singgah ke toko bunga untuk membeli bunga, dan pergi ke kuburan Felix.
Setibanya aku di toko bunga, aku membeli bunga lily putih, ketika hendak keluar dari toko aku menabrak seorang cowok berkacamata hitam dengan tampilan casual nya, waww dia keren. Artiskah? Modelkah?
“Hey, apa kau baik-baik saja?” tanyanya
“Ehh iya maaf, iya aku baik-baik saja. Maaf karena aku menabrakmu.” Kataku dengan malu
“HaHaHa… Bukan masalah besar.” Jawabnya disela tawanya
“Waww, tambah keren saja dia tertawa seperti itu.” Batinku
“Ohya, I must go now.” I said
“OK. Bye”
Aku bergegas pergi ke tempat dimana Felix dimakamkan, tidak jauh dari toko bunga. Saat tiba di kuburan Felix, aku tidak kuat menahan airmata agar tidak jatuh. Aku menangisinya lagi, padahal aku sudah berjanji padanya untuk tidak menangisi kepergiannya.
“Felix I miss you Fel, why you so quickly gone? Until now, I can’t believe you have gone.”
Airmata semakin membasahi pipiku..
“Ta, ini saputangan untukmu.” Kata Frisia yang tiba-tiba ada di belakangku dengan mengulurkan sebuah\]saputangan.
“Makasih Fris. ” Kataku kemudian memeluknya.
“Jangan menangis terus Ta, Felix sudah bahagia disana.” Kata Frisia menenangkanku
Aku mulai tenang dan meletakkan bunga di kuburan Felix.
“Fel, ini bunga untukmu. Kami pulang yah.” Kataku menahan tangis
Aku dan Frisia kemudian segera pergi ke kampus, tiba di Kampus Frisia kemudian menuju ke ruang Jurnalis dan aku pergi ke kelas untuk mengikuti perkuliahan, namun  dosen kami tak ada. Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk pergi ke Danau.
Ketika di Danau, aku kaget melihat sosok yang tidak asing, dia, dia yang tadi aku temui di toko bunga. Yang membuat aku lebih kaget dia sedang memegang kamera dan sibuk dalam dunia fotografinya, sampai aku yang sudah berdiri tepat di belakangnya dia tidak sadar akan keberadaanku. 
“Hi” sapanya ramah ketika sadar akan keberadaanku, dia tersenyum
His smile make me melting…
“Hi, aku lihat kamu serius sekali memotret, jadi aku tidak menyapa  kamu sedari tadi. Kamu suka dengan fotografi?” tanyaku spontan
“Iya aku suka, kamu juga kan?” Balasnya bertanya
“Loh, bagaimana kamu bisa tahu?” tanyaku heran
“Aku selalu melihat kamu di Danau ini dan selalu melihat kamu melamun daripada memotret. HaHaHa.” Jawabnya dengan jujur
Aku jadi malu dibuatnya, tapi dibalik itu aku senang sekali karena ternyata dia memperhatikanku.
“Heyy, sekarang kamu melamun lagi! Sepertinya kamu hobby melamun yah?!” Katanya membuyarkan lamunanku
“HaHaHa… Maafkan aku, aku hanya kaget ternyata kamu mempunyai hobby yang sama denganku” kataku
“Yeaahhh, I know it.” He said
“I don’t know what’s your name?”
“Aku Rafael, dan kamu Krista kan?
“Yap, dan bagaimana kamu bisa tahu namaku?”
“Secret. HaHaHa” dia menjawab dan tertawa
“Hmm, OK.”
“I must go now, see you next time Krista.”
“See you.” Balasku
Aku kemudian memusatkan perhatianku ke Danau, menikmati sejuknya hari. Dan pikiran pun melayang  memikirkan niatku untuk membuat photo Gallery. Aku pernah mempunyai kesepakatan dengan Felix tentang hal ini. Saat kondisinya membaik dari kecelakaan itu, dan sudah mulai tampak keceriaannya kami sepakat akan membuat photo Gallery jika Felix dapat sembuh total, tapi ternyata Tuhan mempunyai rencana lain.

‘1 New Message’
From : Frisia
Ta, kamu dimana? Ke ruang Jurnalis sekarang yah! Aku tunggu

Setelah membaca pesan dari Frisia, aku segera ke ruang Jurnalis untuk menemuinya.
“Fris, what are you doing?”
“Aku lagi finishing artikel profil tentang mahasiswa multitalent ini Ta.”
“Siapa?” tanyaku penasaran
“Namanya Kevin. Dia seorang model juga fotografer yang handal, dan dengar-dengar dia sedang di incar sebuah produksi film untuk memintanya bermain di sinetron mereka. Tapi biar sesibuk apapun, dia tetap mengutamakan studinya. Dia juga dermawan, ada panti asuhan yang diperhatikannya” Jelas Frisia
“Oh.. Coba aku lihat! Hebat sekali dia!” What? Ini kan Rafael!”
“Yepp, his name is Rafael Kevino Farian. Kamu mengenalnya Ta? ”
“Aku tadi bertemu dengannya di Danau, dan kami berkenalan. Tepatnya sih dia mengenalkan dirinya, karena dia sudah mengenaliku.” Kataku
“Wahh, itu aneh. Darimana dia tahu tentang kamu? Sedangkan kamu tidak terkenal di kampus ini. HaHaHa”
“Ahh sialan, tapi kata kamu ada benarnya juga sih. Aku bingung.”
Rafael atau Kevin, kamu itu punya banyak kejutan yah.. Tapi ada yang berbeda dari diri ini ketika aku bertemu kamu.
“Ke cafe yuk!” ajak Frisia
“Let’s go.” Aku menyetujuinya
Dalam perjalanan kami ke Cafe, ada sebuah mobil yang berhenti di depan kami. Keluarlah seorang cowok dari dalam mobil itu.
“Rafael… Kevin… “ Teriak aku dan Frisia
 “Mau kemana kalian? Sama aku aja yuk!” tawar Rafael atau yang juga di panggil Kevin
“Kami mau ke Café, tidak masalah jika kami ikut mobil kamu?”
“No problem.”
Sesampai kami di Café, kami memesan makanan kami dan mulai ngobrol. Rafael membuka pembicaraan.
“Ta, ada yang ingin aku sampaikan padamu.”
“Apa itu Raf?”
“Aku pengen menunjukkan sesuatu sama kamu, aku yakin kamu pasti bingung mengapa aku tahu semua hal tentang kamu, dan aku merasa sudah saatnya kamu tahu akan hal ini, kamu percaya sama aku?”
Aku melihat ke arah Frisia, dan melihat sepertinya Frisia mempercayai Rafael, ada sedikit keraguan dalam hatiku. Aku baru saja mengenal Rafael, dan aku bingung apa maksud dari semua perkataannya, menunjukkan sesuatu? Sesuatu apa?
“Ta, mau kan? Aku mau mengajakmu ke suatu tempat.” ajaknya
“Fris, bagaimana menurutmu?” Tanyaku pada Frisia
“Ikut saja Ta.”
“OK. I will follow you.” timpalku
Kami keluar dari Cafe tanpa memakan makanan pesanan kami, dan kami meninggalkan Frisia makan di Café sendirian tentu saja dengan persetujuannya dia



Aku dibawa ke sebuah rumah, rumah yang tidak asing lagi bagiku. Rumah itu adalah rumah Felix, sejak Felix meninggal aku tidak pernah pergi kesini, karena aku tahu semenjak Felix meninggal orangtua Felix sudah tidak ingin tinggal di rumah itu karena terlalu banyak kenangan di dalamnya, Felix adalah anak mereka satu-satunya, sehingga ketika Felix meninggal membuat luka yang dalam bagi mereka, dan itu semua karena salahku, akulah penyebab kematiannya. Seharusnya malam itu aku tidak mendesaknya utnuk pergi. I really stupid !
“Ayo masuk Ta.” Ajak Rafael
“Jadi kamu adalah Kevin sepupu Felix?” tanyaku
“You’re right Ta!
Kami masuk kedalam rumah Kevin dan menuju ke sebuah kamar.  Di pintu tertulis ‘Felix Room’, itu adalah kamar Felix. Ketika masuk kedalam kamar itu, terpajang foto berukuran besar potret diri Felix dengan kamera kesayangannya. Di atas meja belajarnya ada kamera kesayangan dan frame foto aku, dia dan Frisia dengan wajah polos, dan konyol kami sewaktu SMA. Kemudian ada beberapa album foto miliknya, yang berisi foto-foto hasil karyanya, foto-foto itu dijadikannya menjadi sebuah cerita, bukanlah hanya sekedar foto saja.
“Ta kamu lihat deh, ini video Stop motion karya Felix. Dia membuat ini special for you.”
Aku melihat video karya Felix, dia membuat foto-foto aku menjadi sebuah Video, aku sedih melihat betapa kreatifnya Felix. Mengapa dia tidak pernah memperlihatkan kepadaku sebelumnya? Mengapa baru sekarang aku tahu hal ini?! Tuhan kembalikan Felix! Aku mulai menangis lagi. Felix menenangkanku dan memberikan sepucuk surat padaku.




                                                                                                                                  09 November 2008
Dear Krista…
Saat kamu membaca surat ini, aku sudah bahagia bersama para malaikat dan disisi Tuhan.
Aku sangat bahagia disini, aku tidak kesepian.
Jangan sedih yahh.. Kamu juga jaga diri kamu baik-baik disana, jangan nakal!
Bagaimana dengan rencana membuat Photo Galerry?
Aku ingin kamu sukses membuat photo Gallery itu,
Aku menitipkan kamumu pada Kevin sepupuku.
Dia baik kan? Dia yang akan menjagamu saat aku tidak disisimu.
Aku punya harapan ingin sekali suatu hari berkeliling dunia, dengan tanganmu di lengan kiriku dan kamera di lengan kananku.
Tapi apa daya, aku hanya bisa bermimpi.
Aku menyayangimu lebih dari apapun Krista, dari sejak bertemu sampai kita bertemu kembali di tempat yang sama, yaitu Surga.

With Love
Felix Julian


Airmata sudah membasahi pipiku, membaca surat ini aku benar-benar merasa bahwa Felix memang lah sahabat yang paling baik, sekaligus orang yang paling menyayangiku lebih dari apapun.
Akhirnya Kevin bercerita bahwa selama ini dia selalu mengikutiku kemanapun aku pergi, dia akan bangun lebih pagi untuk datang ke rumahku, dia rela untuk pindah ke kampus yang sama denganku, atau dia akan menyuruh orang lain untuk memantauku dari jauh jika dia sibuk dengan kegiatannya. Dan ternyata dia adalah cowok di malam pesta topeng yang berdansa denganku. Pantas saja aku merasa selalu ada yang meperhatikanku, ternyata dia atau dengan orang suruhannya yang selalu memantauku, itu semua dia lakukan karena Felix. Dan pantas saja aku berada di dekat Kevin selalu merasa nyaman, karena matanya yang memancarkan kenyamanan
“Ta, aku mau bilang, tolong jangan terus menyalahkan diri kamu seolah-olah kamu adalah penyebab kematian Felix. Itu tidak benar! Dan aku punya permintaan bolehkah aku yang menggantikan Felix berlkeliling dunia dengan tanganmu di lengan kiriku dan kamera di lengan kananku? Dan aku juga akan bersamamu membuat photo Gallery!” tanya Kevin dengan sedikit mengutip kata-kata dari surat yang ditulis oleh Felix.
“Aku bingung Kevin. Semua ini membuat aku bisa jadi gila”
“Aku ingin jujur, sebenarnya aku suka sama kamu Ta, aku ingin kamu berada disisiku. Aku suka sama kamu, bukan karena amanah dari Felix, rasa ini muncul tanpa aku duga. Aku juga tidak mengerti dengan perasaanku, aku hanya ingin jujur.”
Aku menangis sejadi-jadinya, aku merasa sangat disayangi, merasa sangat nyaman berada bersama Kevin. Apalagi ternyata dialah cowok yang selalu hadir dalam mimpiku. Bagaimana aku bisa menolaknya?! Tentu saja aku mau.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar