Siapa yah dia? Cowok yang berdansa denganku di malam pesta
bertopeng yang diadakan oleh kampus kami malam itu. Aku merasa dia begitu
menarik perhatianku, mata itu, mata yang memancarkan kenyamanan bagi siapapun
yang melihatnya, entahlah apakah pancaran itu hanya aku yang dapat rasakan,
mata itu juga tak begitu asing bagi diriku. Kenapa mata itu selalu
membayang-bayangiku, hingga terbawa dalam mimpiku, semenjak dua minggu yang
lalu cowok yang mengajakku berdansa itu selalu saja tak bisa lepas dari pikiranku.
“Heyy Krista.” Kata Frisia mengagetkanku.
“Apa-apaan sih kamu fris, buat aku kaget saja!” timpalku
“Kamu sih, daritadi melamun saja, aku sudah memanggilmu
beberapa kali tapi kamu tidak mendengarnya, pikir apa sih kamu?” tanya Frisia.
“Bukan urusan kamu” jawabku singkat
“Ohh gitu yah, sekarang kamu rahasia-rahasiaan sama aku”
“Kita pergi dari sini yuk, aku pengen hunting foto di danau
belakang kampus, mau ikut tidak?
“Tidak terimakasih, aku harus mengumpulkan artikel yang akan
dimuat di mading kita untuk minggu depan. Aku harus ke ruang Jurnalis. Aku
duluan yah Krista.”
“Iya Fris sampai jumpa.”
Aku memulai mengeluarkan kameraku dan mulai mengarahkan
kameraku kepada objek-objek yang ingin ku foto, aku suka sekali dengan
fotografi semenjak SMA. Sebenarnya aku mulai tergila-gilla dengan fotografi
karena seseorang, seseorang dimasa laluku. Dia yang selalu disisiku namun
sekarang sudah berada disisi Tuhan. Kini satu-satunya sahabatku adalah Frisia,
ketika peristiwa itu terjadi.
“Felix, hari ini kita ke gallery kakak sepupunya teman lama
aku yuk! Hari ini event launchingnya loh..” kataku diseberang telepon
“Tapi kris, dirumah tidak ada mobil nih. Mobil aku ingin
dipinjam sepupu aku Kevin karena mobilnya masih di bengkel.”kata Felix dengan
nada tidak bersemangat
“Pake motor aja fel, gimana?” kataku mendesak
“Tapi malam ini diluar sangat dingin loh kris, nanti kamu
kedinginan.” Kata Felix perhatian
“Ayolah Felix, aku sangat ingin pergi.”
“Anything for you lahh, sebenarnya aku juga sangat tertarik
ingin pergi.”
“Horreeeeeee.” Aku berteriak di telepon
“Duh girangnya, jam 8 aku sudah dirumah kamu.” Kata Felix
mengakhiri telepon kami
Felix memang sahabat yang sangat memahami hati sahabatnya. Padahal
esok hari kami akan menemui ujian try out, tapi aku dan Felix malah pergi ke
acara bukannya mempersiapkan diri untuk ujian. Tapi aku tidak sia-sia datang ke
event itu, mata aku sampai-sampai tidak berkedip, pajangan-pajangan foto di
gallery itu membuat mataku tidak berkedip. Semua foto itu memiliki makna yang
sangat mendalam. Luar biasa hasil-hasil jepretan karya kak Arya. Sebenarnya
masih ingin berlama-lama, tapi Felix mengingatkan bahwa besok kami akan menemui
ujian try out, oleh sebab itu kami juga harus mempersiapkan diri. Kamipun pamit
dari Kak Arya dan motor berlaju meninggalkan gallery kak Arya.
“Selamat malam Krista, mimpi indah.”
“Terimakasih Felix sudah mau menemaniku, hati-hati di jalan
yah.”
“Bye. Jaga diri kamu baik-baik yah saat aku tidak ada
disamping kamu” Felix kemudian berlalu dengan motornya.
Bregghhhh.. Aku menghempaskan diri di ranjangku.
“Lelah sekali.” Gumamku
Akupun terlelap dalam buaian mimpi. Tidak mempersiapkan diri
lagi untuk ujian try out besok.
“57
Missed Call”
“20
New Messages”
Ku tatap layar handphoneku yang begitu banyak dengan panggilan tidak
terjawab dan sms.
“Ebusseettt, panggilan tak terjawab dari Maminya Felix dan Frisia.”
Aku kemudian membuka smsnya satu per satu.
“Ta, kamu sudah tidur?”
“Ta Felix ta.”
“Kristaaaaaaaaaaaaa”
“Felix kecelakaan Krista.”
Deggg, jantung aku hampir copot dari tempatnya membaca sms Frisia.
Cepat-cepat aku menelepon Frisia. Jam menunjukkan pukul 05.00 pagi.
“Frisia angkat dong telponnya, plis jawab dong!!” aku gemetaran
dan sungguh panik.
“Haloo, kristaaaaaaa akhirnya kamu telpon aku juga, kamu ke rumah
sakit Silas Papare sekarang!” Felix koma ta, dia kritis.” Klik. Frisia menutup
telpon.
Aku tambah gemetar dan tak sadar air mataku sudah membasahi
pipiku.
“Felix hiksss…” gumamku dengan terisak.
Buru-buru aku bersiap menuju Rumah
Sakit tempat Felix dirawat.
“ Saudara Felix Julian, Kamar VIP di kamar no. 2 mba.”
“Trimakasih.”
Setelah menanyakan dimana kamar Felix, aku langsung bergegas
menuju kamar Felix. Aku ingin segera melihatnya dan mengetahui apa sebabnya dia
kecelakaan.
“Frisiaaa..”aku memeluk frisia.
“Krista, kamu susah sekali dihubungi.” Kata Frisia
“Iya maaf, bagaimana keadaan felix?”
“Semakin memburuk, Krista. Kata dokter sangat kecil kemungkinan
Felix segera membaik, dan kalaupun Felix sembuh dia harus menjalani berbagai
terapi.” Kata Frisia tertunduk lesu
“Apa dia mengalami kecelakaan tadi malam? Kenapa bisa? Ceritakan
kronologisnya. Ya Tuhan, Felix.”
“Dia kecelakaan setelah dia mengantar kamu pulang, ketika dia
pulang, dia mengalami kecelakaan beruntun di tol calixton. Dan kecelakaan itu menyebabkan
dia seperti sekarang ini.”
Ketika mendengar kata-kata Frisia aku mulai merasa lemas tak
berdaya, aku tejatuh dan akhirnya gelap.. Sebelum aku benar-benar tidak
sadarkan diri, aku mendengar Frisia meneriakkan namaku.
Aku benar-benar masih mengingat jelas peristiwa itu, Felix tidak
mampu bertahan, dia pergi meninggalkan kami lebih dulu, besok genap dua tahun
sudah Felix pergi. Aku ingin pergi menengok kuburannya, sudah lama aku tidak
pergi menengok kuburannya karena kesibukanku.
Hari sudah mulai gelap, aku memutuskan untuk segera pulang. Aku
tidak dapat memfokuskan diriku pada objek-objek fotoku. Berlama-lama di Danau
hanya membuatku terus mengingat Felix dengan rasa bersalahku, akulah penyebab
kematiannya.
Aku menyusuri koridor di kampus, aku ingin pergi ke ruangan
Jurnalis, menemui Frisia agar kami pulang bersama-sama. Saat aku berjalan, aku
merasa ada seseorang yang mengikutiku, aku merasakan sejak di Danau pun, ada
seseorang yang memperhatikanku, tapi aku mencoba menepis perasaan tersebut.
Aku sampai di depan ruangan Jurnalis, namun ruangan tersebut sudah
kosong.
“Pasti semuanya sudah pulang” batinku
Aku mengambil handphoneku yang berada dalam tasku. Berniat untuk
menelepon Frisia, karena Frisia pulang meinggalkanku sendiri. Tapi sial handphoneku
mati, mungkin karena itu pula, Frisia tidak dapat menghubungiku.
Apa boleh buat, aku terpaksa harus
naik bus untuk pulang ke rumah. Aku ingin segera sampai, dan segera berlayar di
alam mimpi. Sesampaiku di rumah, rumah sepi, seperti biasa aku sendirian, orang
tuaku sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing, akupun masuk ke kamar dan
bergegas tidur tanpa mandi lagi, karena aku sudah merasa sangat lelah.
Cahaya matahari mulai menyelipkan dirinya di celah-celah gorden
kamarku, aku segera bangun dari tidur lelapku, mimpiku masih sama, masih
bermimpi cowok bertopeng di pesta topeng itu. Aku membuka jendela kamar,
menghirup dalam-dalam udara segar pagi hari, lalu bersiap-siap pergi ke kampus.
Hari ini tanggal 11 November, aku tidak langsung pergi ke kampus,
aku singgah ke toko bunga untuk membeli bunga, dan pergi ke kuburan Felix.
Setibanya aku di toko bunga, aku membeli bunga lily putih, ketika
hendak keluar dari toko aku menabrak seorang cowok berkacamata hitam dengan
tampilan casual nya, waww dia keren. Artiskah? Modelkah?
“Hey, apa kau baik-baik saja?” tanyanya
“Ehh iya maaf, iya aku baik-baik saja. Maaf karena aku
menabrakmu.” Kataku dengan malu
“HaHaHa… Bukan masalah besar.” Jawabnya disela tawanya
“Waww, tambah keren saja dia tertawa seperti itu.” Batinku
“Ohya, I must go now.” I said
“OK. Bye”
Aku bergegas pergi ke tempat dimana Felix dimakamkan, tidak jauh
dari toko bunga. Saat tiba di kuburan Felix, aku tidak kuat menahan airmata
agar tidak jatuh. Aku menangisinya lagi, padahal aku sudah berjanji padanya
untuk tidak menangisi kepergiannya.
“Felix I miss you Fel, why you so quickly gone? Until now, I can’t
believe you have gone.”
Airmata semakin membasahi pipiku..
“Ta, ini saputangan untukmu.” Kata Frisia yang tiba-tiba ada di
belakangku dengan mengulurkan sebuah\]saputangan.
“Makasih Fris. ” Kataku kemudian memeluknya.
“Jangan menangis terus Ta, Felix sudah bahagia disana.” Kata
Frisia menenangkanku
Aku mulai tenang dan meletakkan bunga di kuburan Felix.
“Fel, ini bunga untukmu. Kami pulang yah.” Kataku menahan tangis
Aku dan Frisia kemudian segera pergi ke kampus, tiba di Kampus
Frisia kemudian menuju ke ruang Jurnalis dan aku pergi ke kelas untuk mengikuti
perkuliahan, namun dosen kami tak ada.
Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk pergi ke Danau.
Ketika di Danau, aku kaget melihat sosok yang tidak asing, dia,
dia yang tadi aku temui di toko bunga. Yang membuat aku lebih kaget dia sedang
memegang kamera dan sibuk dalam dunia fotografinya, sampai aku yang sudah
berdiri tepat di belakangnya dia tidak sadar akan keberadaanku.
“Hi” sapanya ramah ketika sadar akan keberadaanku, dia tersenyum
His smile make me melting…
“Hi, aku lihat kamu serius sekali memotret, jadi aku tidak
menyapa kamu sedari tadi. Kamu suka
dengan fotografi?” tanyaku spontan
“Iya aku suka, kamu juga kan?” Balasnya bertanya
“Loh, bagaimana kamu bisa tahu?” tanyaku heran
“Aku selalu melihat kamu di Danau ini dan selalu melihat kamu
melamun daripada memotret. HaHaHa.” Jawabnya dengan jujur
Aku jadi malu dibuatnya, tapi dibalik itu aku senang sekali karena
ternyata dia memperhatikanku.
“Heyy, sekarang kamu melamun lagi! Sepertinya kamu hobby melamun
yah?!” Katanya membuyarkan lamunanku
“HaHaHa… Maafkan aku, aku hanya kaget ternyata kamu mempunyai
hobby yang sama denganku” kataku
“Yeaahhh, I know it.” He said
“I don’t know what’s your name?”
“Aku Rafael, dan kamu Krista kan?
“Yap, dan bagaimana kamu bisa tahu namaku?”
“Secret. HaHaHa” dia menjawab dan tertawa
“Hmm, OK.”
“I must go now, see you next time Krista.”
“See you.” Balasku
Aku kemudian memusatkan perhatianku ke Danau, menikmati sejuknya
hari. Dan pikiran pun melayang
memikirkan niatku untuk membuat photo Gallery. Aku pernah mempunyai
kesepakatan dengan Felix tentang hal ini. Saat kondisinya membaik dari
kecelakaan itu, dan sudah mulai tampak keceriaannya kami sepakat akan membuat
photo Gallery jika Felix dapat sembuh total, tapi ternyata Tuhan mempunyai
rencana lain.
‘1
New Message’
From
: Frisia
Ta,
kamu dimana? Ke ruang Jurnalis sekarang yah! Aku tunggu
Setelah membaca pesan dari Frisia, aku segera ke ruang Jurnalis
untuk menemuinya.
“Fris, what are you doing?”
“Aku lagi finishing artikel profil tentang mahasiswa multitalent
ini Ta.”
“Siapa?” tanyaku penasaran
“Namanya Kevin. Dia seorang model juga fotografer yang handal, dan
dengar-dengar dia sedang di incar sebuah produksi film untuk memintanya bermain
di sinetron mereka. Tapi biar sesibuk apapun, dia tetap mengutamakan studinya.
Dia juga dermawan, ada panti asuhan yang diperhatikannya” Jelas Frisia
“Oh.. Coba aku lihat! Hebat sekali dia!” What? Ini kan Rafael!”
“Yepp, his name is Rafael Kevino Farian. Kamu mengenalnya Ta? ”
“Aku tadi bertemu dengannya di Danau, dan kami berkenalan.
Tepatnya sih dia mengenalkan dirinya, karena dia sudah mengenaliku.” Kataku
“Wahh, itu aneh. Darimana dia tahu tentang kamu? Sedangkan kamu
tidak terkenal di kampus ini. HaHaHa”
“Ahh sialan, tapi kata kamu ada benarnya juga sih. Aku bingung.”
Rafael atau Kevin, kamu itu punya banyak kejutan yah.. Tapi ada
yang berbeda dari diri ini ketika aku bertemu kamu.
“Ke cafe yuk!” ajak Frisia
“Let’s go.” Aku menyetujuinya
Dalam perjalanan kami ke Cafe, ada sebuah mobil yang berhenti di
depan kami. Keluarlah seorang cowok dari dalam mobil itu.
“Rafael… Kevin… “ Teriak aku dan Frisia
“Mau kemana kalian? Sama
aku aja yuk!” tawar Rafael atau yang juga di panggil Kevin
“Kami mau ke Café, tidak masalah jika kami ikut mobil kamu?”
“No problem.”
Sesampai kami di Café, kami memesan makanan kami dan mulai
ngobrol. Rafael membuka pembicaraan.
“Ta, ada yang ingin aku sampaikan padamu.”
“Apa itu Raf?”
“Aku pengen menunjukkan sesuatu sama kamu, aku yakin kamu pasti
bingung mengapa aku tahu semua hal tentang kamu, dan aku merasa sudah saatnya
kamu tahu akan hal ini, kamu percaya sama aku?”
Aku melihat ke arah Frisia, dan melihat sepertinya Frisia
mempercayai Rafael, ada sedikit keraguan dalam hatiku. Aku baru saja mengenal
Rafael, dan aku bingung apa maksud dari semua perkataannya, menunjukkan
sesuatu? Sesuatu apa?
“Ta, mau kan? Aku mau mengajakmu ke suatu tempat.” ajaknya
“Fris, bagaimana menurutmu?” Tanyaku pada Frisia
“Ikut saja Ta.”
“OK. I will follow you.” timpalku
Kami keluar dari Cafe tanpa memakan makanan pesanan kami, dan kami
meninggalkan Frisia makan di Café sendirian tentu saja dengan persetujuannya
dia
Aku dibawa ke sebuah rumah, rumah yang tidak asing lagi bagiku.
Rumah itu adalah rumah Felix, sejak Felix meninggal aku tidak pernah pergi
kesini, karena aku tahu semenjak Felix meninggal orangtua Felix sudah tidak
ingin tinggal di rumah itu karena terlalu banyak kenangan di dalamnya, Felix
adalah anak mereka satu-satunya, sehingga ketika Felix meninggal membuat luka
yang dalam bagi mereka, dan itu semua karena salahku, akulah penyebab
kematiannya. Seharusnya malam itu aku tidak mendesaknya utnuk pergi. I really
stupid !
“Ayo masuk Ta.” Ajak Rafael
“Jadi kamu adalah Kevin sepupu Felix?” tanyaku
“You’re right Ta!
Kami masuk kedalam rumah Kevin dan menuju ke sebuah kamar. Di pintu tertulis ‘Felix Room’, itu adalah
kamar Felix. Ketika masuk kedalam kamar itu, terpajang foto berukuran besar
potret diri Felix dengan kamera kesayangannya. Di atas meja belajarnya ada
kamera kesayangan dan frame foto aku, dia dan Frisia dengan wajah polos, dan
konyol kami sewaktu SMA. Kemudian ada beberapa album foto miliknya, yang berisi
foto-foto hasil karyanya, foto-foto itu dijadikannya menjadi sebuah cerita,
bukanlah hanya sekedar foto saja.
“Ta kamu lihat deh, ini video Stop motion karya Felix. Dia membuat
ini special for you.”
Aku melihat video karya Felix, dia membuat foto-foto aku menjadi
sebuah Video, aku sedih melihat betapa kreatifnya Felix. Mengapa dia tidak
pernah memperlihatkan kepadaku sebelumnya? Mengapa baru sekarang aku tahu hal
ini?! Tuhan kembalikan Felix! Aku mulai menangis lagi. Felix menenangkanku dan
memberikan sepucuk surat padaku.
09
November 2008
Dear Krista…
Saat kamu membaca surat ini, aku sudah
bahagia bersama para malaikat dan disisi Tuhan.
Aku sangat bahagia disini, aku tidak
kesepian.
Jangan sedih yahh.. Kamu juga jaga
diri kamu baik-baik disana, jangan nakal!
Bagaimana dengan rencana membuat Photo
Galerry?
Aku ingin kamu sukses membuat photo
Gallery itu,
Aku menitipkan kamumu pada Kevin
sepupuku.
Dia baik kan? Dia yang akan menjagamu
saat aku tidak disisimu.
Aku punya harapan ingin sekali suatu
hari berkeliling dunia, dengan tanganmu di lengan kiriku dan kamera di lengan
kananku.
Tapi apa daya, aku hanya bisa
bermimpi.
Aku menyayangimu lebih dari apapun
Krista, dari sejak bertemu sampai kita bertemu kembali di tempat yang sama,
yaitu Surga.
With Love
Felix Julian
Airmata sudah membasahi pipiku, membaca surat ini aku benar-benar
merasa bahwa Felix memang lah sahabat yang paling baik, sekaligus orang yang
paling menyayangiku lebih dari apapun.
Akhirnya Kevin bercerita bahwa selama ini dia selalu mengikutiku
kemanapun aku pergi, dia akan bangun lebih pagi untuk datang ke rumahku, dia
rela untuk pindah ke kampus yang sama denganku, atau dia akan menyuruh orang
lain untuk memantauku dari jauh jika dia sibuk dengan kegiatannya. Dan ternyata
dia adalah cowok di malam pesta topeng yang berdansa denganku. Pantas saja aku
merasa selalu ada yang meperhatikanku, ternyata dia atau dengan orang
suruhannya yang selalu memantauku, itu semua dia lakukan karena Felix. Dan pantas
saja aku berada di dekat Kevin selalu merasa nyaman, karena matanya yang
memancarkan kenyamanan
“Ta, aku mau bilang, tolong jangan terus menyalahkan diri kamu
seolah-olah kamu adalah penyebab kematian Felix. Itu tidak benar! Dan aku punya
permintaan bolehkah aku yang menggantikan Felix berlkeliling dunia dengan
tanganmu di lengan kiriku dan kamera di lengan kananku? Dan aku juga akan
bersamamu membuat photo Gallery!” tanya Kevin dengan sedikit mengutip kata-kata
dari surat yang ditulis oleh Felix.
“Aku bingung Kevin. Semua ini membuat aku bisa jadi gila”
“Aku ingin jujur, sebenarnya aku suka sama kamu Ta, aku ingin kamu
berada disisiku. Aku suka sama kamu, bukan karena amanah dari Felix, rasa ini
muncul tanpa aku duga. Aku juga tidak mengerti dengan perasaanku, aku hanya
ingin jujur.”
Aku menangis sejadi-jadinya, aku merasa sangat disayangi, merasa
sangat nyaman berada bersama Kevin. Apalagi ternyata dialah cowok yang selalu
hadir dalam mimpiku. Bagaimana aku bisa menolaknya?! Tentu saja aku mau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar