BINGKAI KITA
Malam
itu cuaca sangat dingin menusuk kulit, hujan rintik-rintik terus turun hingga
menjadi deras. Aku dan Marco sedang berada di beranda rumah Marco. Kami
menikmati Capuccino panas yang telah dibuat oleh kami untuk mengusir rasa
dingin. Tiap malam aku memang sering datang ke rumah Marco, sekedar untuk
bercengkerama dengannya. Aku juga sangat senang bermain di rumahnya karena
keluarganya juga sangat menyukaiku. Karena rumahnya begitu dekat dengan rumahku,
orangtuaku tentu mengizinkanku bermain ke rumahnya, Sebenarnya Marco adalah
tetanggaku yang baru tinggal di kompleks kami beberapa bulan yang lalu.
“Ra,
kamu sampai kapan akan tinggal di kompleks ini? Tanya Marco membuka
pembicaraan.”
“Aku
sih gak tau jelas, namun sepertinya aku akan tinggal lama disini. Emangnya
kenapa? Jawabku”
“Ahh
gak papa, Tanya doang kok. Emang gak boleh?”
“Gak
papa sih.
“Ciyeee,,
yang lagi berduaan niyeee !!! Suara Kak Christian mengagetkan kami”
Kakak Marco
emang suka jahil, suka banget godain kami berdua. Entah apa yang dipikirnya.
Padahal kami tak ada hubungan special sedikit pun.
“Apasih
kamu kak, mengganggu aja, orang lagi pacaran juga! Marco cekikikan.
“Idihh
kamu tuh yah Marco ! Sambil ku pukul ringan bahunya.
Ia meringis
sakit..
“Yheee
lebay deh kamu Marco ! Dipukul pelan
juga !
“Ehem..ehemmm..
Oke deh yang lagi pacaran nih, takut mengganggu kalian sebaiknya kakak pergi
deh. Kak Christian memainkan mata sebelahnya kearah Marco.
“Gituu
dong kak. Hehee.
“Ihh
Marco. Ucapku pelan
Aku sungguh
malu dibuat kak Christian dan Marco.
“Udah
deh Ra. Kamu gak usah malu gitu, bercanda kali Ra ! Hehehehe
“Gak
lucu ! Jawabku sambil cemberut
“Cemberut
makin cantik deh. Kayakkk…..
“Kayak
apa??? Balasku cepat.
“Kayak
Mpok Nori. Heheee… Candanya.
Aku semakin
kesal dibuatnya. Marco emang orangnya suka gak seriusan. Sampai-sampai aku suka
bingung membedakan kapan dia serius dan kapan dia bercandanya. Dasar tuh anak !
“Aku
pulang yah Marco. Udah jam 9 nih, besok kan sekolah.
“Iya.
Mau aku antar ?
“Yhee,,
gak sampai sepuluh langkah juga nyampe ! Hihiii
Aku
langsung berjalan pulang.
“Hehehee,
oke see you yha ! Besok berangkat ke sekolah sama-sama yah !” Teriaknya
Aku hanya
melambaikan tangan saja.
***
Esoknya,
seperti janjinya kami berangkat sekolah bersama-sama.
Tepat jam
7, Marco menjemputku. Kami menaiki taxi. Kalo pergi bareng Marco, kami harus
menaiki taxi yang harus bagus dan full music. Emang yah tuh anak ! Buanyaakkk
maunya !
Kami
berpisah di lingkaran ABE tempat pertukaran taxi, karena sekolah aku dan Marco
berbeda. Dia bersekolah di sekolah swasta dan aku di sekolah negeri. Sehingga
kami harus berpisah dan haruslah dia menaiki taxi di jalur dimana sekolahnya
berada. Sedangkan aku hanya sekali saja menaiki taxi.
Hari itu
aku lewati di sekolah seperti biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa. Itu yang
menyebabkanku secepat kilat keluar dari sekolah ketika Bel pulang berbunyi. Bel
sekolah kami memang suaranya seperti alunan melodi-melodi yang hanya satu kata
saja dapat aku deskripsikan “ANEH”. Tak heran siswa-siswa di sebuah SMA di
dekat sekolah kami mengatakan bahwa Bel di sekolah kami bagaikan suara nada
musik penjual es krim yang biasa lewat. Itu yang membuatku juga sangat malas
untuk mendengarkan bel itu. Nahlo, kok jadi bicarain ke bel sekolah yah?!
Siang itu
matahari bak ingin membakar kulit hingga gosong, letak sekolah kami memang di
dataran tinggi, sehingga mengharuskan kami sepulang sekolah harus berjalan
turun ke jalan raya untuk mendapati taxi pulang. Namun aku biasanya tak akan dulu
pulang, aku singgah ke warung prambors tempat menjual es buah dan pisang ijo,
itu sudah menjadi rutinitasku bila tak sibuk.
Sesampainya
aku di warung, aku mendapati Marco bersama teman-teman sekolahnya. Tak heran,
warung itu memang tempat nongkrong kami di siang bolong. Kami yang aku maksud
itu hanya aku dan Marco saja, tidak ditambah teman-temannya ! Aku mengurungkan
diri untuk masuk kedalam karena ku lihat dia bersama temannya. Dan semuanya
cowok ! Aku tentu saja malu untuk masuk ke dalam. Ketika aku membalikkan badan.
“Ra,,
mau kemana kamu ? Teriak Marco.”
Tentu saja aku
berbalik lagi..
“Mau
pulang ! Jawabku. “
“Lhoo,
udah di depan warung tanggung loh gak masuk ! Sini-sini.” Ajaknya.
Dengan
terpaksa aku menahan rasa malu ku dan mau untuk bergabung, itu sungguh
menyebalkan ! Rutukku dalam hati.
“Kamu duduk disini, samping aku !” Ucapnya
dengan manis
“Nihh
anak nyebelin banget deh. Batinku
Setelah aku
duduk disampingnya, kucubit pahanya. Sontak Marco kaget dan tidak sengaja
tangannya terkena mangkuk dan menumpahkan setengah isi mangkuk es pisang ijonya.
“Kenapa
Marco ? Tanya seorang cowok yang kulitnya putih, bermata sipit, dan giginya itu
agak tonggos. Aku pikir dia sepertinya orang China.
“Ahhh,
gak papa Nathan. Hanya saja tadi pahaku sakit, seperti dicubit
kuntilanak.Jawabnya”
Konyoolll ! batinku
Temannya
yang ku ketahui namanya ternyata Nathan itu, jelas tidak mungkin percaya hal
yang konyol itu, tapi dia manggut-mangggut tanda mengerti saja mendengar
jawaban Marco.
“Oh
iya, kenalin. Ini Nathan, ini Haryawan, ini Daniel, dan ini Viktor. Melihat
mereka…
Haryawan,
orangnya terlihat cuek.
Daniel, dia
merupakan teman SDku dulu, jadi aku sudah mengenalnya. Ternyata dia dekat
dengan Marco. Aku kaget melihatnya.
Dan Viktor,
orangnya ramah. Badannya lumayan gede, sepertinya dia suka makan. Aku baru datang
saja dia sudah menghabiskan dua mangkuk es buah.
Teman-teman
yang aneh, sama deh dengan si Marco !
“Haaayyyy…
Kataku, sok akrab sambil senyum termanis yang aku punya.”
***
Heyyy,,
tapi ternyata mereka itu dancer loh.
Aku baru
tahu, ketika kami pulang dari Prambors, langsung singgah ke rumah Marco. Marco
mengajak aku, dan ternyata mereka berlatih dance untuk pentas seni di sekolah
mereka yang akan diadakan dua bulan lagi. Kakak Marco yang bernama Gabriel
adalah Dancer juga, dan kakaknya beserta kawan-kawannya adalah senior daripada Marco CS. Grup dance
kakaknya bernama Potred Dancer, sedangkan Marco dan kawan-kawan Junior Lakers
Dancer. Ketika mereka berlatih aku sungguh terpesona melihat kehebatan mereka.
Viktor yang kukira badannya lumayan gede, ternyata dia sangat lincah
menggerakkan badannya. Aku sungguh dibuat terkejut akan hal ini.
“Wooiiiyy,,
ngelamun aja !
Aku
terkejut. Marco mengagetkanku tiba-tiba.
“Ihhh
Marco, bikin kaget ajah ! Ih jauh-jauh sana bau tauk, kamu keringatan !
“Yaelahh
Ra, kejam banget kamu sama aku. Yaudah aku pergi nih.
“Ciyeeee,,
ngambek. Hahahaha. Bercanda doang kok !
Ohyaaaa,
aku pulang yah. Dadaaa semuanya.
Akupun
berlalu tanpa mau mendengar komentar Marco untuk tetap menanhanku tidak pulang.
Aku tau benar, dia akan memasang 1001 tampang wajah memelasnya padaku agar aku
tidak pulang, aku memang tak tegaan.
***
Akhirnya bulan Oktober bulan acara Pensi
merayakan HUT di sekolah Marco pun tiba, aku dipaksa datang oleh Marco. Aku
sebenarnya ingin menolak karena tak ada teman. Namun karena Marco telah
memberikanku karcis masuknya, akhirnya akupun datang, agar tak mengecewakan
dirinya.
Tiba
waktunya Marco dan kawan-kawan pentas, mereka yang pentas untuk menutup acara.
Ini dia
yang aku tunggu-tunggu.
Performance
mereka sungguh luar biasa, bagus banget. Semua penonton bertepuk tangan riuh
selesai menonton aksi mereka.
Setelah itu
aku langsung keluar dari aula tempat acara, ternyata matahari sudah tenggelam.
Marco,
langsung menghampiriku ketika melihatku.
“Gimana
Ra? Bagus gak penampilan kami.
“Hmmmmmmmmmm..
Aku sengaja
menjawab lama, wajah penasaran mereka pun nampak.
“Beeehhh,,
oke punya deh ! Jawabku memecah rasa penasaran mereka.
“Hehehehee,
pastinya donk. balas Marco dengan percaya dirinya.
Memang
harus aku akui, Marco memang orangnya susah ditebak. Dibalik semua itu dia
memang orangnya asyik banget, gak ngebosenin kalo ngobrol dengannya. Dan ada
saja kejutan-kejutan baru dari tingkahnya yang membuatku nyaman punya teman
sepertinya.
Bulan
itu juga aku mendapat kabar dari Mama bahwa kami harus pindah menyusul Papa ke
kota Sorong. Aku awalnya menolak mentah-mentah, namun Mama juga telah mengurus
semua kepindahan kami. Dan itu membuatku sangat terpukul, aku harus
meninggalkan Marco. Aku tak mau, kami baru setahun saling mengenal dan bermain
bersama. Aku baru saja memiliki teman cowok yang asyik seperti dia.
Dan malam
itu, dua hari sebelum aku berangkat, aku menceritakan hal itu pada Marco.
“Marco,
dua hari lagi aku akan pindah, Ucapku teratur.
“Hahaaa,,
bercanda kan kamu? Katamu kamu akan tinggal lama di kompleks ini.
“Iyaa.
Aku juga kaget, sewaktu Mama bilang hal ini sama aku. Aku serius Marco !
Aku dapat
melihat raut wajah Marco udah berubah banget. Tampaknya dia sedih mendengar hal
ini, aku jadi ikutan sedih. Namun Marco tampaknya menyembunyikan raut wajah
sedihnya itu.
“Oh
begitu yah Ra, mungkin ini memang sudah perencanaan yang matang oleh orangtuamu
Ra !
“Sepertinya
begitu. Jawabku sedih
“Wajahnya
jangan gitu dong, jadi cantik kayak Mpok Nori.
Marco
berhasil membuatku tertawa. Begitulah dia.
Aku pulang
yah Marco.
“Ehh
tunggu dulu, kita berfoto dulu untuk terakhir kalinya sebelum kamu pergi.
Akupun
mengiyakan.
Setelah itu
aku pulang.
***
Hari ini
tanggal 29 Oktober, aku dan Mama akan berangkat duluan Ke Kota Sorong dengan menggunakan
pesawat.
Hari itu
aku dan Mama berangkat pagi hari, Marco dan teman-teman Junior Lakers Dancer,
bela-belain tidak ke sekolah demi mengantarku ke Bandara.
Kemudian
aku harus mendapatkan pemeriksaan, masuk ke waiting room untuk boarding
beberapa menit lagi.
“Ra,
jaga diri kamu baik-baik yah disana ! Yang pintar disana. Jangan nakal ! Hehee
Katanya sambil menepuk bahuku dan tetap cengar-cengir.
“Iya Bos ! Balasku
“Kami akan merindukanmu, Ra ! Kata Haryawan si cowok cuek.
Aku
kaget, baru pertama kali dia mengajakku bicara.
“Aku juga akan merindukan kalian semua.
Tiba-tiba airmataku jatuh, aku tidak kuasa menahan airmataku, Aku tidak sanggup
meninggalkan mereka.
“Ayo Ra, kita harus kesana mendapatkan
pemeriksaan. Kata Mama.
“Iya Ma. Balasku
“Tunggu Ra. Kata Marco.
“Ini dari kami untuk kamu. Kata Marco
sambil menyodorkan sebuah bingkisan kado padaku.
Kado
itu berukuran lumayan besar. Dibungkus kertas kado berwarna ungu dan pita
berwarna emas. Imut sekali. Entah dimana mereka menyembunyikannya, tiba-tiba
bingkisan itu mereka berikan padaku. Padahal aku tidak melihatnya sedari tadi.
“Makasih yah, ucapku. Aku pergi yah. Jaga
diri kalian baik-baik. Sukses yah buat Grup dancer kalian, semoga smakin eksis
! Byeee… Kataku sambil berlalu dan melambaikan tangan pada mereka.
Aku
berjalan ke tempat pemeriksaan, sampai tak dapat lagi melihat jelas bayangan
mereka.
***
Di
dalam pesawat, aku membuka bingkisan kado tersebut. Ternyata dalamnya berisi
sebuah bingkai yang di dalamnya terdapat dua foto di tengah-tengahnya foto aku
bersama Junior Lakers Dancer di pensi dan juga foto aku dan Marco sewaktu
terakhir kali kami foto bersama dan masih banyak lagi foto-fotoku dan Marco
dengan tampang konyol kami yang mengelilingi dua foto itu.
Didalamnya
juga terdapat secarik kertas yang berisi kata-kata :
“Dalam waktu singkat kita dapat berkenalan, dalam waktu
yang singkat, kita dapat saling mengenal pribadi satu dengan yang lain. Kita
adalah SATU, yang tak akan terpisahkan. Kami akan merindukan hari-hari tanpa
sosok Mpok Nori sepertimu, Reizra. Sahabat cewek satu-satunya yang kami punya.
Jika kamu merindukan kami, pandanglah saja foto-foto itu. Begitu juga
sebaliknya dengan kami ! “
Salam
Junior Lakers
Dancer.